28 September, 2009

Touring Lebaran 1483 Km - Prolink-Jogja

Touring 1.483 km dengan TVS Apache dari Pantura Jatim ke Yogyakarta dan Pantan Jateng PP

Untuk menguji keperkasaan si Kuda India TVS Apache RTR 160 yang punya pamor tak terbantahkan dalam akselerasi yang memang galak seperti kuda India yang kuat, berotot, dan lari kencang, saya sengaja melakukan touring dari Probolinggo ke Yogyakarta pada saat cuti lebaran ini.

Tidak banyak perubahan dalam touring ini, saya hanya mengganti ban orisinal yg terkenal licin dengan sedikit penyesuaian ukuran agar selain tampak lebih gagah juga lebih terjamin keselamatan dari musibah selip/ tergelincir.

Ban depan saya ganti dengan Mizzle ukuran 100/80/17 dan ban belkang dengan Swallow Worm ukuran 120/80/18. dalam pengendalian penggunaan ban tersebut cukup nyaman, manuver menikung dan zizag diantara deretan mobil2 dapat dilakukan dengan enak. Kasus pengereman mendadak terjadi beberapa kali dengan hasil dapat berhenti seketika pada kecepatan 80 kmpj dalam jarak pendek tanpa ada gejala selip, oleng, maupun suara ban berdecit, sedangkan beberapa motor disamping saya yang masih menggunakan ban standar (Vixion, Mio, dan 2 Honda bebek) ributnya bukan main dengan suara ban mencicit dan beberapa diantaranya sudah saling sundul.

Mesin tidak ada perubahan sama sekali dan hanya penggunaan oli Castrol Magnetec saja agar mesin lebih terlindungi karena akan digeber pada putaran tinggi sekitar 8.000 sampai 10.000 rpm. Perlengkapan tambahan hanya berupa lampu spot halogen 2 X 55 watt dan lampu LED flip-flop merah-biru sebagai varisi saja.

Untuk memudahkan membawa pakaian dan beberapa barang saya gunakan Givi Box E-45. pada awal penggunaannya saya sempat keluhkan tutup yang bisa terbuka sendiri kalau terkena guncangan keras, namun telah dapat diatasi dengan memasang jala elastis dibagian dalam, maksudnya agar barang yang didalam tidak bergerak-gerak krn terkocok-kocok pada saat terkena guncangan yang bisa mempengaruhi bentuk box yang memang dibuat dari polyurethan yg elastis dan menyundul tutup sehingga bisa terbuka sendiri.

Perjalanan berangkat pada pagi hari pukul 06.00 WIB, cukup nyaman karena selain jalan belum terlalu ramai, dalam beberapa kesempatan kecepatan 110 kmpj bisa dilakukan cukup mudah. masalah baru terasa pada waktu menikung dengan kemiringan 45 derajat, body terasa limbung, mungkin karena beban sekitar 45 kg di box dan 2 tas disisi samping.
Akhirnya demi keamanan maka setiap menikung harus mengurangi kecepatan hingga 60 kmpj saja.

Keperkasaan si Kuda India ini semakin tampak setelah di jalan bertemu sekitar 8 orang yang dengan setia mengajak adu cepat sepanjang perjalanan (sekitar 300 km), tampaknya terwakili dari beberapa jenis seperti Tiger 2000, Vixion, Mio, Mega Pro, Honda bebek Injection (lupa namanya???) dll. dalam hal akselerasi sudah pasti terbukti nyata bahwa setiap start lampu hijau pasti paling depan, yang lain semakin ketinggalan, bahkan ketika saya terpaksa pada posisi dibelakang karena terhalang motor yg lebih dulu berhenti karena lampu merah, saya masih bisa mendahului mereka pada jarak kurang adari 100 meter dari lampu start (hijau).

Suspensi sangat mantap, selain empuk, tidak ada gejala mengayun. polisi tidur kecil disetiap persilangan kereta api dilibas tanpa ada gejala kejut, benar-benar flat dan empuk. Demikian juga pada saat dilakukan pengereman, body turun bersama depan dan belakang, tidak ada gejala menungging maupun oleng.

Sesampainya di Jogja saya kunjungi dealer TVS di Jl mentri Supeno, saya konsultasikan pengalaman di perjalanan dengan kacab dan mekanik Anton. Keluhan limbung waktu menikung disiasati dengan menurunkan setelan shock absorber ke medium dan mengganti anting dengan yang lebih pendek. Ternyata hasilnya positif, ketika saya bawa ke jalur selatan menuju Kebumen dan Gombong, gejala limbung waktu miring di tikungan sudah hilang.

Kemudian keluhan top speed yang cenderung mentok di 110 kmpj sedang untuk lebihnya perlu waktu tambahan (akselerasi dah habis) diatasi dengan mengganti gir depan dengan tambahan 1 gigi (jadi 14 atau 15 ???) dan memperbesar main jet serta menggerinda pilot jet untuk mengimbangi perubahan beban akibat pembesaran perbandingan gigi gir depan.

Ternyata perubahan tersebut tidak memberikan hasil yang optimal, karena ketika saya bawa ke Kebumen akselerasinya justru nggembos, pada putaran 7000 rpm justru mesin mbrebet/ tersendat sebagai gejala tercekik kurang udara, hasilnyapun cuma bisa lari cukup sampai 90 kmph aja. setelah lebaran saya balik ke Jogja tapi bengkel tutup.

Akhirnya saya bongkar sendiri filter udara dan ganti dengan free flow TDR, setelan angin saya buka 1 putaran saja. Wah..... mengejutkan sekali, sentakan gas sangat spontan, bahkan setiap perubahan gigi dan ketika gas disentak, roda depan sampai terangkat, ini terjadi pada perubahan ke gigi 2 (25 kmph) dan 3 (40 kmph), sedangkan gigi 4 akselerasinya terasa galak sampai kecepatan 90 kmph, sehingga masuk gigi 5 tinggal menikmati kecepatan 100-120 kmph pada rpm 7000-8000 (saya tidak mencoba kecepatan diatasnya krn situasi dan kondisi medan tidak mendukung).

Penggantian main jet dan filter free flow ternyata membawa pengaruh pada suara knalpot secara signifikan, semula suara nge-bass dan halus, setelah mengganti 2 komponen tadi suara knalpot jadi sedikit kasar pada waktu akselerasi, agak sember dan mirip knalpot yang sudah di bobok, tapi gak apa-apa sich, malah tampak bertenaga dan jadi sedikit sangar gitu loh....

Dalam touring ini saya tidak ngotot harus selalu tercepat, safety driving tetap saya jaga. Tidak perlu memaksakan diri mendahului dari sebelah kiri (bahkan lawan2 saya sampai turun dari badan jalan hanya untuk mencari posisi didepan, konyol banget ya....), melaju kencang apabila memang aman dan terkendali, dan beristirahat setiap dirasa ada gejala pegal dan haus. Jangan lupa asuransi perjalanan sebagai backup apabila terjadi sesuatu.

Demikian catatan singkat perjalanan lebaran sejauh 1.483 km selama touring lebaran dari Prolink, Jogja dan sekitarnya serta kembali lagi ke Prolink.

Prazt. DB 9900 LZ - Member of TVS Motor Community Yogyakarta - ID: AB-018

08 September, 2009

Waktu

07 September, 2009

4 golongan Laki-laki yang ditarik wanita ke NERAKA

Betapa hebatnya daya pikat dan tarikan wanita, bukan saja di dunia. Namun di akhirat pun demikian, maka kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, abang, atau anak harus memainkan peranan mereka dengan sungguh-sungguh. Seorang wanita itu apabila di yaumil alkhirat nanti akan menarik empat golongan lelaki bersamanya ke dalam neraka. Tulisan ini bukan untuk merendahkan wanita, tetapi sebaliknya supaya kaum lelaki memainkan peranannya sesuai hak dan seksama, serta berwaspada akan tanggung jawab yang dipikul di dunia!


Ayahnya
Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup hanya memberi kemewahan dunia saja maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.


Suaminya
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di luar rumah,menghias diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan muhrim. Apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim, misalkan sholat tidak lalai, puasa tidak tinggal, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya kelak.


Abangnya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga wanita jatuh ke pundak abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik perempuannya dibiarkan melenceng dari ajaran Islam, tunggulah tarikan sang adik wanita di akhirat nanti.


Anak lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati ibu perihal tindak-tanduk yang menyimpang dari Islam. Bila ibu membuat kemungkaran pengumpat, bergunjing, dan lain sebagainya maka anak lelaki itu akan ikut di tanya serta diminta pertangungjawabannya di akhirat kelak.

dikutip dari tulisan : Caesar Ahmad

07 Juni, 2009

Open Source Industri Otomotif Nasional

Jangan berbangga dulu kalau di Indonesia banyak pabrik perakitan mobil, itu semua punya Jepang dan Eropa. Tidak ada kebanggaan dan keuntungan sama sekali kecuali terserapnya tenaga kerja. Kita sebenarnya lebih tepat sebagai pasar dari produk tersebut, yang untung adalah pabrikan dan ATPMnya.

Kita masih ingat betapa ributnya mafia ATPM ketika pemerintah membuka kran masuknya mobil Korea dengan harga sangat murah (Timor), tentu saja selain pangsa pasar berkurang, yang jelas laba yang sangat besar akan berkurang. Memang orang yang rakus tidak pernah mau berbagi, siapapun itu.

Upaya pemerintah yang ingin mendapatkan sarana transportasi murah tidak pernah terealisir, hanya sekedar himbauan saja kepada para ATPM dan mereka hanya sekedar janji-janji aja.

Alternatif yang cukup melegakan adalah masuknya motor-motor cina yang dijual lebih murah dari pemain lama, motor jepang. hanya sayangnya, kualitas tidak terjaga, jaminan purna jual kacau, namun itu tidak untuk semua merk, karena ada beberapa merk yang saat ini eksis dan angka penjualannyapun cukup tinggi.
Kompetisi pasar motor bertambah ramai setelah pabrikan India membuka jalur ke Indonesia seperti Bajaj dan TVS, alternatif baru untuk mendapatkan barang berkualitas sama dengan harga lebih murah.

Bagaimana bila kita membangun industri otomotif sendiri, sulitkah ?

Jawabnya bisa bermacam-macam, apabila diambil contoh atas karya Widya Aryadi seorang dosen Universitas Negeri Semarang yang telah berhasil membuat mobil kecil yang diklaimnya sebagai Urban Personal Vehicle dengan mesin Viar 150 cc (biasa dipakai motor gerobag roda 3), dari disain yang dihasilkan dan harga sekitar 30 juta akan tampak lebih mahal bila dibandingkan dengan Tata Nano yang bermesin 624 cc dengan harga 24 juta saja.

Dari perbandingan diatas tampak bahwa sulit untuk menandingi pabrik besar yang mempunyai mesin lengkap dengan puluhan insinyur bila hanya dilawan dengan skala kecil. 

Lantas bagaimana bisa kita menandinginya, pertanyaan berikutnya adalah kemana ribuan insinyur teknik mesin dan insinyur disain, mana hasil karya mereka ? hanya sekedar cari ijazah sajakah ? tapi ilmunya tidak aplikabel ?

Sebenarnya ada solusi yang bisa kita adopsi dari industri di Cina atau bisa juga sistem pengembangan software yang dianut Linux, OPEN SOURCE ! (sekarang juga diikuti Microsoft)

Kalau Departemen Perindustrian tidak mampu untuk mewadahinya, ya kita buat saja secara independen, bisa juga dimulai dari dunia maya.

Dalam sistem open source ini yang penting dibuat standar produk dulu dan ditentukan lisensinya, bgaimana disain body, chasis, sistem suspensi, transmisi, pemilihan mesin dan yang terakhir pengawasan dan pengujian kualitas produk untuk mendapatkan sertifikat layak jalan.

Standarisasi yang bagus bisa mengikuti disain motherboard PC, apa itu PCI, apa itu SATA, apa itu USB dll. Kalau ini diterapkan dalam disain mobil nasional maka gak akan ribet dengan masalah suku cadang.

Jadi, akan diperoleh biaya yang minimal karena masing-masing komponen standar sudah ada dipasaran, komponen khusus dibuat oleh unit-unit kecil, komponen yang memerlukan presisi tinggi tidak harus dibuat sendiri, ambil saja dari produk lain, misalnya master rem dari merk mitsubishi (T 120) yang kompatibel juga dengan suzuki carry. tromol rem bisa dibuat di sentra industri logam Tegal dan Ceper, mesin tinggal pilih merk apa saja tidak perlu membuat sendiri karena terlalu rumit.

Sistem open source akan memberikan kehidupan bagi ribuan tenaga teknik yang tersebar diseluruh wilayah indonesia, perancangan body menjadi lebih variatif, modifikasi mesin akan dibuat sesuai kebutuhan, keselamatan dan keamanan semakin baik dibandingkan sepeda motor. Yang jelas menekan biaya ...!

Sebagai contoh dalam kehidupan nyata, teknisi kita sebenarnya sangat pandai dan cerdas, mereka bisa menyulap rongsokan mobil menjadi alat transpor yang kuat hanya dengan menggunakan mesin disel Kubota atau Yanmar, bahkan bisa multi fungsi sebagai mesin giling gabah yang mobile (maksudnya bisa pindah-pindah gitu lo...) di Sokka Kebumen dimodifikasi sebagai penggiling tanah untuk bahan genteng keramik, trus... yang ngetrend sekarang adalah motor gerobag roda 3 (semuanya produk Cina) sudah dimodifikasi menjadi angkutan pedesaan dengan kapasitas 10 orang, kalau rancang bangunnya bagus bisa menggantikan bajaj tapi dengan 2 baris tempat duduk untuk 6 penumpang.

Saya sendiri (bukan insinyur lho..) pada tahun 1995 sudah bikin moge roda 3 dengan mesin VW 1600 cc yang saya buat sendiri (tanpa bantuan org lain) selama 3 bulan di garasi rumah di komplek GAP, Kwarasan, Jogja.

Kesimpulannya : membuat mobil murah itu tidak susah dan tidak perlu biaya mahal, bahkan bisa saja dibuat seperti MLM, misalnya membuat body dpt share 30%, chasis 30% dan seterusnya......

Kembangkan Industri Kecil, Kembangkan Industri Nasional, Buka Lapangan Kerja Baru ! Salurkan kredit murah untuk kemajuan bangsa....

Mari kita mulai OPEN SOURCE industri otomotif !!!! Semangat bung !!!

Prazt

20 Mei, 2009

Pindah-pindah tugas, enak...?

Sudah jadi ketentuan kontrak waktu masuk kerja, menandatangani surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja. Pertanyaannya adalah enak gak sih pindah-pindah tempat ?

Sebetulnya gak ada masalah dipindah kemana saja, asal tidak terlalu lama dan fasilitasnya mencukupi sehingga bisa nyaman bekerja, nyaman hidup, nyaman bersosialisasi dan nyaman jiwa dan raga.

Masalah baru timbul bila kondisi diatas menjadi tidak seimbang lagi, bisa dari penempatan pada unit yang tidak sesuai dengan skill, kemampuan dan pengalaman. Adanya masalah dengan suasana kerja yang tidak kondusif, hal ini saya alami di salah satu unit kerja dimana ada oknum yang suka cari muka, suka menghasut serta berbagai perilaku negatif lainnya. Lebih celaka lagi atasan ternyata sangat cocok dengan si penghasut ini, jadilah unit kerja "Neraka" karena situasi ini. Untunglah gak terlalu lama disitu karena bisa segera keluar dari sana. 

Berpindah ketempat yang jauh juga gak masalah, saya sangat menikmati ditugaskan di Manado, suatu tempat yang saya gak pernah bayangin bisa nyampe ke sana, jauh...... pasti mahal kalau jalan sendiri kesana. tapi dengan fasilitas dinas bisa sampai juga kesana. malah bisa jalan-jalan ke kepulauan Maluku dan Halmahera. Bisa mengenal makanan khas yang sebelumnya gak pernah  ketemu.

Sedihnya, karena terlalu jauh dan terlalu lama, keluargaku tercerai berai. selama 5 tahun baru sekali bisa pulang lebaran. Ada 3 anak sekolah di Jawa (Jakarta dan Jogja) kami baru bisa ketemuan fisik dan berpelukan 2 tahun sekali. Meskipun hampir setiap hari bisa sms dan telpon dengan konsekuensi biaya pulsa bengkak. Konsekuensi dan dampak buruknya adalah aset yang susah payah dikumpulkan 15 tahun telah susut tinggal separonya. Kemana ...?  ya buat nombokin biaya hidup untuk 3 dapur (Jakarta, Jogja, Manado) apalagi di Manado biaya hidup tinggi sekali (meski ada tunjangan kemahalan tapi cuman tahun terakhir aja dapetnya, sebelumnya gak ada dan itupun hanya suport separonya aja, tpi lumayan drpd gak ada).

Resiko lain dari pindahan adalah repotnya ngepak barang-barang, urusan dengan EMKL yng gak profesional, bahkan saya hampir saja dikerjain sama EMKL dari lokal Manado yang berusaha mengeruk keuntungan dari situasi moving ini. rusaknya barang-barang dan urusan pindah sekolah juga suatu hal yang sangat menjengkelkan, kecewa, yang pasti tekor dn efek negatif ke anak yang harus menyesuakan lagi dengan suasana baru. belum masalah rumah dinas baru yang selalu gak siap huni sehingga diperlukan kerja keras untuk bisa nyaman dihuni. Kasus yang selalu ada adalah kran air yang bocor dan kualitas air yang kotor dan keruh, saluran listrik tanpa ground/arde yang bisa merusak alat elektronik dan membahayakan karena semua alat listrik jadi nyetrum, bantal yang sdh rusak, genting bocor, kunci pintu rusak dll. Untuk itu semua ternyata selain memeras tenaga juga dana jutaan rupiah.

Kapan lagi mau dipindah ?  wallahu alam. aku sich siap-siap aja, meski dgn resiko hanya berputar-putar gak dpt kesempatan yg lebih baik dan resiko kehilangan aset lagi.... jual lagi aset yg lain.... hutang lagi.... buat nombokin biaya pindah, nombok lagi....nombok lagi.... (sebuah pengorbanan untuk suatu pengabdian).
masalah rejeki Itu terserah Yang Kuasa karena rejeki beliau yg mengatur. Garis tangan memang berbeda-beda.......

Nah begitulah sedikit catatan tentang pindah-pindah tempat.

05 Maret, 2009

TVS Customer Responsibility


Setelah berdebat panjang membahas kolping bermasalah di tvs-arci@yahoogroups.com dimana saya mengeluhkan kopling yng setiap pindah gigi kretag-kreteg serta kasus los power karena waktu dioper dari gigi 2 ke gigi 3 malah netral sehingga mesin meraug sekeras-kerasnya, akhirnya ada juga respon dari manajemen TVS.

Sabtu lalu (28-2-2009) ketika saya sedang tugas ke pulau Ternate di Maluku Utara, saya mendapat tilpon dari agen TVS Manado, namanya Vanda cewenya cantik khas Manado (tahu sendiri dech...10 cewek yg 3 cantik-cantik yg lainnya cantik sekaleee...) dia bilang agar motornya segera dibawa ke bengkel karena akan diperiksa gearbox dan koplingnya. Dia crita kalo barusan dpt fax dari direktur yg isinya cetakan diskusi di milis. 

Dari respon yg cukup cepat ini saya cukup senang dan saya sampaikan salut atas perhatian yg baik dan segera merespon atas masalah-masalah dari diskusi dan keluhan pengguna TVS Apache.

Coba, agen mana lagi yang cukup care dengan situasi ini ?
apa baru Manado yang bisa melakukannya ?

sikap ini kalau dijadikan corporate culture TVS pasti akan menjadikan TVS tidak hanya mampu menyediakan motor yg baik tapi juga pelayanan yang terbaik.

Ayo..... TVS.... kami dukung anda, meski dengan cara saya sendiri, jangan alergi kritik. Karena kalau sampai terlalu banyak pelanggan kecewa akan timbul black campaign, itu berbahaya untuk masa depan TVS. Respon yang cepat untuk setiap keluhan akan memberikan nilai positif atas kualitas pelayanan, karena pelayanan purna jual akan memberikan jaminan keamanan pemakai dan itu akan menyebar dari mulut ke mulut dengan sangat cepatnya.

22 Februari, 2009

Kumpulan Video TVS

dibawah ini ada beberapa video tentang TVS Apache RTR 160










Kapan TVS berani ikut PERANG IKLAN

Wah kacian sekali nich motor gue, katanya sich masuk kategori motor sport yang huebat, bahkan dari video yg dibuat dlm review oleh CNBC bulan Desember 2008 lalu di http://www.youtube.com/watch?v=CV0LckyJyZc&hl=id jelas-jelas kualitasnya TVS Apache dibandingkan dengan barang yang lebih tinggi levelnya, yaitu Pulsar 220, meski itu yang Fi (injection). hasil test drive saya sendiri sebelum memutuskan beli Apache juga coba Tiger 200, Pulsar 200 dan Pulsar 180. Hasilnya memang Apache yang paling OK. (silakan baca tulisan lain di blog ini juga).

Saat ini selain pasar bebeknya mulai terganggu dengan banyaknya merk baru yang masuk baik yg dari lokal sendiri, puluhan merk cina maupun TVS Neo, dua ATPM besar sudah mulai perang iklan secara lebih vulgar, yah itu mirip2 parpol PKS yang menyerang parpol lain secara vulgar. Hal ini sudah diulas oleh maz Triatmono di bog beliau yang menceritakan perangnya pemain terkuat di negeri kita si Honda dan si Yamaha.

Seharusnya TVS si pendatang baru juga harus langsung ikutan bertempur. Keberanian memunculkn diri sebagai pendatang baru dengan cara yang powerful aan memberikan kesan yang kuat pada merk tersebut.

Ingat gak ketika Samsung dan LG masuk Indonesia, iklannya gencar sekali, bahkan merk2 lain bisa terlibas, standing banner ada dimana-mana, barangnya dipajang secara atraktif. Akhirnya orang sudah mulai lupa dengan merk lama seperti Sanyo, Toshiba, JVC. sedangkan merk lama yang masih survive dan dikenal tinggal Panasonic dan Sony aja.

Jialing aja berani kerjasama dengan banyak dept store/ supermarket dengan menjualnya diluar show room, tepatnya dipajang bersama barang2 rumah tangga lainnya, apalagi didekatnya ada counter finance, klop kan...? orang yang semula cuman pingin beli sabun dan setrika bisa lihat2 motor, eh... karena menarik, malah beli motor sekalian.

Salah satu upaya penjualan yang udah dirintis TVS melalui kerjasama dengan Kartu Kredit Mandiri yang bisa dibeli dengan power buy dengan bunga 0%, sayangnya hanya bisa bertransaksi di Jabodetabek aja, lha daerah lain gimana ?
   

01 Februari, 2009

TVS Apache - Kuda lari dalam kepompong yang kehujanan dan kedinginan


Kelahiran TVS Apache RTR 160 di Indonesia memang dalam kondisi yang menyedihkan. Saya harus mengucapkan kata "sayang ya, produk bagus tapi gak laku".

Dalam launching suatu produk, utamanya produk kendaraan bermotor. Marketing pasti telah mendahului bekerja dibandingkan dengan unit produksi. banyak produk telah diumumkan (artinya telah dijual) meskipun baru prototype, mereka pamerkan produk modelnya atau dikenal sebagai produk konsep dengan berbagai feature, kalau perlu sudah ada test drivenya meskipun saat itu masih dalam pengembangan. Banyak orang diminta mereview dengan mencoba, membandingkan, mengkritik, dan kalau perlu diberi hadiah untuk yang bisa menemukan kelemahan-kelemahannya.
Hasil review dikembalikan ke unit Riset dan Pengembangan untuk disempurnakan. produk itu baru dipasarkan kepada publik bisa 2 hingga 5 tahun kedepan. Selama proses itu mereka melakukan roadshow, mengembara kesan-kemari, pasang iklan diberbagai media secara kontinyu sampai produk benar2 siap dipasarkan.

Kondisi terbalik dengan TVS Apache, produk sudah beredar tapi kurang dikenal orang.

Penjelasan dari unit marketing beralasan kalau usia TVS di Indonesia masih seumur bayi, bahkan GM Marketing yang sangat berpengalaman dengan perusahaan kelas kakap dan produknya juga sangat terkenal menegaskan kalau terkendala anggaran pemasaran.

Sayang ya.....
produk bagus kok gak didukung sistem pemasaran yang handal.

Idealnya pemasaran dilakukan sebelum proses pembangunan pabrik dilakukan, tentunya setelah segala deal bisnis dengan TVS India clear dan perijinan sebagai ATPM clear. produk harus dikenalkan jauh hari sebelumnya dengan memaparkan segala keunggulan dan kehebatannya.

Sebagai pendatang baru tentunya harus tahu bagaimana mencari muka agar segera dikenal masyarakat, jangan malu-malu dan sembunyi-sembunyi dong.

Coba bandingkan dengan bagaimana sikap kompetitor yang sudah menguasai pasar. Begitu terasa ada ancaman masuknya pesaing baru mereka segera menggalakkan marketingnya, semua strategi dikeluarkan agar pelanggan setianya dan para calon user tidak berpaling darinya. Para penguasa pasar secara serentak megepakkan sayapnya lebar-lebar untuk menutupi pesaing barunya, mereka sangat berusaha dengan keras agar produk kompetitor baru tidak terlihat. Iklan bertubi-tubi, menggelar event yang menonjolkan image produk ke segala penjuru negeri, sehingga kesetiaan kepada produknya bisa terjaga dan bahkan bisa menambah pangsanya. Contoh riil adalah Yamaha yang memajang artis-artis kakap sebagai ikon produk. Begitu juga Honda dengan ikon Agnes Monica dan VJ MTV yang ganteng. sedangan ATPM lainnya seperti Suzuki banyak menggelar event balap dan banyak mengumpulkan predikat juara. Berapa biayanya ???? pasti sangat besar.

TVS Apache yang tenggelam tertimbun 3 raksasa jepang tadi masih beralasan kalau masih bayi dan keterbatasan anggaran. Sedangkan kakak kandungnya yang sama berdarah India yaitu mas Bajaj yang sama-sama masuk sudah menggeber nusantara dengan motor Pulsarnya. Kalau ditarik periode kapan Apache dan Pulsar masuk Indonesia sebenarnya sama sama saja.
Cuma saja Pulsar sang kakak lebih cerdas, dia segera melakukan penetrasi pasar menembus dominasi Honda Tiger yang saat itu tidak ada lawannya serta memanfaatkan kelemahan Yamaha Scorpio yang modelnya sangat jelek dan jadul (gak beda jauh dengan Honda Win).

Saya gak usah susah dan repot kumpulkan data pemasaran nasional, lha wong saya ini kan sedang merantau ke Manado. Masalah beli motor di Manado itu barang gampang, daya beli disini cukup tinggi, peluang pasar sebenarnya cukup lebar. Bayangkan saja Pulsar bisa laku lebih dari 400 unit dalam 1 tahun, sedangkan Apache 6 bulan baru laku dibawah 20 unit. Apabila dibandingkan periode yang sama baca di http://wong-jogja-perantau.blogspot.com/2009/01/tvs-apache-gak-ada-prospek-marketing.html maka Pulsar sudah jualan lebih dari 200 unit.

Saya sangat prihatin dengan nasib si Kuda Lari ini, dia masih tersimpan dalam kepompong yang kehujanan dan kedinginan, dia masih takut keluar ke alam bebas, masih lebih enak tidur didalam kepompong. Sedangkan lawan-lawannya sudah terbang kesana kemari dan menyambar lawan-lawannya berebut pembeli.

jadinya kalah dech........

Ada yang salah dengan strategi bisnis TVS Indonesia, bisa-bisa si kuda lari sudah mati di dalam kepompong dan gak sempat terbang mengepakkan sayapnya.

27 Januari, 2009

TVS Apache - gak ada prospek ???? Marketing mandul ???


Bila diamati sejak saya mengenal TVS Apache RTR 160 bulan Oktober 2008 di Manado, ternyata untuk kurun waktu segitu hanya ada 15 pemakai, artinya bisa ditebak bahwa tidak ada upaya dari TVS untuk mengenalkan produknya sehingga menjadi diminati masyarakat (di Manado khususnya).

Saya jadi gregetan dengan cara dan metode marketing TVS.

Kita bisa bandingkan bagaimana reaksi Honda ketika pasar Tiger diganggu oleh masuknya kompetitor potensial seperti Yamaha yang mengenalkan Vixion, Bajaj Pulsar dan TVS. Honda sempat terlena dengan arogansinya menguasai pasar motor ber cc diatas 150 cc selama bertahun2. Namun setelah masuknya Pulsar hingga terbentuk Pulsarian, juga dengan teknologi fuel injection Yamaha Vixion, si arogan tadi segera tersadar bahwa pasarnya telah terganggu dan segera memperbaiki posisinya (re-positioning) dengan menerbitkan berbagai varian motor injection (CS1 dan Beat) serta merubah tampilan Tiger menjadi berbeda. langkah itu segera diikuti dengan menggenjot iklan secara bertubi-tubi terutama untuk hilangnya pasar kelas bebek melawan Yamaha dengan Revo, matik Vario yang keok melawan Mio dengan terbitkan Beat dan Tiger yang ganti topeng dengan lampu a-simetris meski teknologi mesin tetap aja jadul.

Ada banyak contoh bagaimana peran marketing mempengaruhi penjualan. Perusahaan rokok merupakan contoh terbaik dalam penetrasi pasar dimana untuk pengenalan produknya digunakan iklan yang gencar, promosi bertubi2 termasuk dengan SPG cantiknya, demikian pula untuk operator telepon selular. di Manado ada 2 operator pendatang baru, keduanya CDMA dengan merk dagang Fren dan Esia. dengan banyak iklan dalam berbagai media ternyata mereka juga berhasil menjual produk dalam waktu cepat sehingga mampu menggembosi Flexi yang telah eksis 4 tahun.

Mungkin sang marketer TVS akan berkilah, itu kan barang kecil dan harganya murah !!!
Bukan itu jawabnya, karena meski kecil dan murah kalau tidak disosialisasikan (bahasa bisnisnya diiklankan dan dipromosikan) tentu tidak dikenal.

Saya amati bagaimana Pulsar dipasarkan, mereka gunakan SPG cantik masuk ke kantor2 sambil membawa brosur, merayu prospek (calon pembeli) untuk test drive, menilpon kembali prospek yang belum berminat hingga berulang2. Pulsar selain mempunyai show room dengan lokasi strategis, sering melakukan pameran di mal, juga melakukan pendekatan ke berbagai instansi. Hasilnya adalah dalam kurun 1 tahun telah terjual lebih dari 400 unit.

Bandingkan apa yang dilakukan TVS, pameran di mal namun lokasi tidak strategis malah tertutup oleh motor merk lain, dijaga oleh teknisi (cowok) yang wajahnya tidak menarik, tidak ada tenaga marketing yang melakukan door to door. Tenaga sales yang di show room tidak bisa jelaskan fitur motor.

Karena tidak dikenal maka Apache banyak kehilangan peluang (oportunity lost) padahal harganya hanya selisih 1,5 juta dari Suzuki Thunder 125.

Terus terang banyak pemakai Thunder kecewa mereka tidak kenal TVS Apache RTR 160 lebih dulu karena untuk motor dengan fitur yang cukup canggih harganya hanya selisih sedikit dengan Thunder yang terlanjur dibelinya.

Ada kesan TVS tidak punya visi dan misi dalam berbisnis, memang benar juga bila ada sebagian rekan yang khawatir masa depan TVS. Karena kalau prospek industri otomotif saya yakin masih bagus, masalahnya adalah bagaimana TVS Indonesia mampu menguasai pasar dan bertahan dalam persaingan, lha wong mau masuk pasar aja gak punya kemampuan penetrasi apalagi mau bersaing dengan yang eksis. Emangnya ada berapa banyak orang yang akan mencari TVS ???? kalau tidak dikenalkan dulu macam apa produknya.

Saat ini para ATPM yang sudah eksis saja jungkir balik beriklan, berpromosi, menyelenggaran berbagai kegiatan untuk mempertahankan pasarnya dan berusaha memperluas pangsa, Lha TVS malah adem ayem aja, apakah sudah begitu mindernya, atau unit marketingnya yang impoten ?

20 Januari, 2009

Tips Memilih Komputer / PC

Meskipun teknologi komputer PC telah ada di Indonesia lebih dari  20 tahun yang lalu, ternyata masih sangat banyak orang yang terjangkit penyakit Gaptek (gagap teknologi). 
Saya bisa menduga bahwa Anda pasti menebak kalau yang gaptek itu orang-orang tua berusia 35 tahun keatas, iya khan ..... ?
Ternyata salah besar !!!!
Banyak anak-anak muda berusia 20 tahunan (20 s/d 29 tahun) ternyata juga gaptek, dan anak-anak usia sekolah dari SD hingga SMA ternyata sebagian besar juga gaptek.

Sekarang akan saya perjelas tentang kriteria gaptek itu yang seperti apa ?
- GAPTEK PARAH adalah orang-orang yang benar-benar tidak kenal komputer, banyak diikuti oleh orang-orang yang dalam kegiatan kesehariannya memang tidak pernah menyentuh komputer dan memang tidak berminat dengan peralatan komputer.
- GAPTEK SEDANG diderita oleh orang-orang yang telah mengenal dan memakai komputer secara terbatas, misalnya hanya untuk mengetik surat, akses e-mail, chating, game online dan browsing.Kalau ada masalah kecil saja sudah kebingungan misalnya mau cetak ke printer, trus gak segera cetak seperti kertasnya gak keluar, dia tidak tahu bagaimana solusinya. Tipe beginian juga masih mendominasi.
- GAPTEK RINGAN terlihat dari keterbatasan pemanfaatan komputer, misalnya hanya menjalankan Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint), e-mail, chating, browsing, putar MP3 dan video, tahu cara menghidupkan komputer (maksudnya memasang kabel-kabel power, kabel monitor,kabel printer, mengatasi masalah printer dan monitor). Masuk dalam kriteria disini adalah tidak tahu pasti apa manfaat dan pengaruh kinerja storage, memory, prosesor, tidak memanfaatkan berbagai software seperti foto editor, utility, aksesori.

Nah, sekarang bagi pembaca yang masih masuk kriteria Gaptekwan dan Gaptekwati tapi ingin membeli komputer baik untuk yang pertama kali maupun untuk yang ke sekian kali, perlu saya bantu dengan beberapa tips berikut ini.

Tip no. 1 = Apa kebutuhan Anda
Apabila Anda hanya memerlukan komputer untuk ketik-mengetik, email, chating, putar lagu MP3 dan video maka cukup gunakan prosesor Celeron atau Atom dengan RAM (memori) 128 MB, hard disk 40GB, biaya investasi paling ringan sekitar Rp 2juta hingga 2,7 juta.

Untuk anda yang membutuhkan komputer dalam edit foto dan video, pengolahan data jumlah besar, ada aplikasi aritmatika dan permainan game bisa gunakan Pentium 4 hingga Core 2 duo dengan RAM 1 s/d 2 GB dan hardisk 80 GB. biaya investasi mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 3,5 juta.

Adapun untuk penggunaan aplikasi 3D baik seperti Autocad, Game 3D serta aplikasi yang memerlukan render dan proses aritmatika rumit bisa gunakan prosesor Core 2 Quad dengan RAM   4 s/d 16GB, hard disk 160GB dengan investasi mulai Rp 5 juta hingga 45 juta.

Bila memerlukan akses grafis 3D maupun render kecepatan tinggi lebih nyaman pakai prosesor AMD daripada Intel. 

Tip no. 2 = Dimana kegiatan Anda
Bila penggunaan komputer menetap  (tidak berpindah-pindah) lebih cocok dan enakan pilih yang desktop, selain lebih nyaman, biaya investasi lebih ringan. Desktop lebih flexible untuk dilakukan ekspansi, mudah dimodifikasi, perawatan mudah dan murah. Penggunaan laptop, notebook maupun netbook untuk kondisi ini tidak cocok karena selain keterbatasan akses, biaya investasi mahal, perawatannya juga tinggi karena harga hardisk, memori dan baterai lebih mahal dibanding komponen desktop.

Untuk anda yang mobilitas tinggi, memerlukan komputer setiap saat tentu perlu komputer yang portabel. Bila data yang diolah banyak dan rumit silakan pilih laptop yang mempunyai layar lebar, untuk penggunaan yang simpel tapi banyak info yang diakses bisa pakai notebook, sedangkan untuk mobilitas yang sangat tinggi tapi tetap selalu butuh akses komputer yang sederhana seperti untuk ketik-mengetik, internet, presentasi bisa gunakan netbook. 

Kelebihan netbook adalah bentuknya kecil, ringkas, baterai tahan lama hingga lebih 6 jam.

Bila ingin yang lebih praktis lagi silakan pilih PDA atau mobile PC atau lebih dikenal dengan komputer genggam karena selain berfungsi sebagai komputer juga bisa untuk telpon dan SMS selain internet online sepanjang jalan

mungkin ini dulu ya.... nanti disambung lagi.

Tip no. 3 = Berapa anggaran Anda
Untuk anggaran yang terbatas, bila memungkinkan gunakan desktop saja, bisa pilih produk yang standar saja, misalnya tidak usah pakai DVD Writer, monitor CRT, printer deskjet standar.  

Bila anggaran bukan masalah, silakan perhatikan tip 1 dan tip 2. Meskipun anda mampu membayar berapapun harganya, anda tetap akan rugi besar bila membeli alat yang mempunyai spec tertinggi tapi tingkat utilitas sangat rendah, kenapa ?? Karena teknologi komputer sangat pesat berkembang sehingga alat yang anda miliki cepat usang. bisa saja komputer dengan spec tercanggih dibeli seharga Rp 30 juta, 2 tahun lagi sudah ketinggalan jaman dan harganya turun menjadi Rp 8 juta saja. 

Tip no. 4 = Siapa Anda
Bila anda pegawai (bisa manajer, guru, staf), pelajar dan mahasiswa yang ditempat kerja atau sekolah sudah ada PC maka akan lebih bagus kalau pilih desktop. Tapi kalau kebutuhan akses komputer tinggi bisa pilih notebook maupun netbook.

Untuk tenaga marketing, sekretaris, teknisi lapangan memerlukan notebook maupun netbook untuk presentasi, rapat, organizer.

Laptop bisa dipilih bila akses di lapangan kurang banyak, mengingat bentuknya yang besar, beratnya lumayan dan baterai hanya bertahan 2 jam saja sehingga penggunaannya menjadi kurang praktis karena harus mancari colokan listrik untuk pemakaian diatas 2 jam.

Bagi yang mempunyai mobilitas tinggi tapi juga butuh akses data cepat maka pilihannya adalah gunakan PDA saja misalnya untuk manajer yang setiap saat harus ambil keputusan, sedangkan posisinya lebih banyak diluar kantor.