01 Februari, 2009

TVS Apache - Kuda lari dalam kepompong yang kehujanan dan kedinginan


Kelahiran TVS Apache RTR 160 di Indonesia memang dalam kondisi yang menyedihkan. Saya harus mengucapkan kata "sayang ya, produk bagus tapi gak laku".

Dalam launching suatu produk, utamanya produk kendaraan bermotor. Marketing pasti telah mendahului bekerja dibandingkan dengan unit produksi. banyak produk telah diumumkan (artinya telah dijual) meskipun baru prototype, mereka pamerkan produk modelnya atau dikenal sebagai produk konsep dengan berbagai feature, kalau perlu sudah ada test drivenya meskipun saat itu masih dalam pengembangan. Banyak orang diminta mereview dengan mencoba, membandingkan, mengkritik, dan kalau perlu diberi hadiah untuk yang bisa menemukan kelemahan-kelemahannya.
Hasil review dikembalikan ke unit Riset dan Pengembangan untuk disempurnakan. produk itu baru dipasarkan kepada publik bisa 2 hingga 5 tahun kedepan. Selama proses itu mereka melakukan roadshow, mengembara kesan-kemari, pasang iklan diberbagai media secara kontinyu sampai produk benar2 siap dipasarkan.

Kondisi terbalik dengan TVS Apache, produk sudah beredar tapi kurang dikenal orang.

Penjelasan dari unit marketing beralasan kalau usia TVS di Indonesia masih seumur bayi, bahkan GM Marketing yang sangat berpengalaman dengan perusahaan kelas kakap dan produknya juga sangat terkenal menegaskan kalau terkendala anggaran pemasaran.

Sayang ya.....
produk bagus kok gak didukung sistem pemasaran yang handal.

Idealnya pemasaran dilakukan sebelum proses pembangunan pabrik dilakukan, tentunya setelah segala deal bisnis dengan TVS India clear dan perijinan sebagai ATPM clear. produk harus dikenalkan jauh hari sebelumnya dengan memaparkan segala keunggulan dan kehebatannya.

Sebagai pendatang baru tentunya harus tahu bagaimana mencari muka agar segera dikenal masyarakat, jangan malu-malu dan sembunyi-sembunyi dong.

Coba bandingkan dengan bagaimana sikap kompetitor yang sudah menguasai pasar. Begitu terasa ada ancaman masuknya pesaing baru mereka segera menggalakkan marketingnya, semua strategi dikeluarkan agar pelanggan setianya dan para calon user tidak berpaling darinya. Para penguasa pasar secara serentak megepakkan sayapnya lebar-lebar untuk menutupi pesaing barunya, mereka sangat berusaha dengan keras agar produk kompetitor baru tidak terlihat. Iklan bertubi-tubi, menggelar event yang menonjolkan image produk ke segala penjuru negeri, sehingga kesetiaan kepada produknya bisa terjaga dan bahkan bisa menambah pangsanya. Contoh riil adalah Yamaha yang memajang artis-artis kakap sebagai ikon produk. Begitu juga Honda dengan ikon Agnes Monica dan VJ MTV yang ganteng. sedangan ATPM lainnya seperti Suzuki banyak menggelar event balap dan banyak mengumpulkan predikat juara. Berapa biayanya ???? pasti sangat besar.

TVS Apache yang tenggelam tertimbun 3 raksasa jepang tadi masih beralasan kalau masih bayi dan keterbatasan anggaran. Sedangkan kakak kandungnya yang sama berdarah India yaitu mas Bajaj yang sama-sama masuk sudah menggeber nusantara dengan motor Pulsarnya. Kalau ditarik periode kapan Apache dan Pulsar masuk Indonesia sebenarnya sama sama saja.
Cuma saja Pulsar sang kakak lebih cerdas, dia segera melakukan penetrasi pasar menembus dominasi Honda Tiger yang saat itu tidak ada lawannya serta memanfaatkan kelemahan Yamaha Scorpio yang modelnya sangat jelek dan jadul (gak beda jauh dengan Honda Win).

Saya gak usah susah dan repot kumpulkan data pemasaran nasional, lha wong saya ini kan sedang merantau ke Manado. Masalah beli motor di Manado itu barang gampang, daya beli disini cukup tinggi, peluang pasar sebenarnya cukup lebar. Bayangkan saja Pulsar bisa laku lebih dari 400 unit dalam 1 tahun, sedangkan Apache 6 bulan baru laku dibawah 20 unit. Apabila dibandingkan periode yang sama baca di http://wong-jogja-perantau.blogspot.com/2009/01/tvs-apache-gak-ada-prospek-marketing.html maka Pulsar sudah jualan lebih dari 200 unit.

Saya sangat prihatin dengan nasib si Kuda Lari ini, dia masih tersimpan dalam kepompong yang kehujanan dan kedinginan, dia masih takut keluar ke alam bebas, masih lebih enak tidur didalam kepompong. Sedangkan lawan-lawannya sudah terbang kesana kemari dan menyambar lawan-lawannya berebut pembeli.

jadinya kalah dech........

Ada yang salah dengan strategi bisnis TVS Indonesia, bisa-bisa si kuda lari sudah mati di dalam kepompong dan gak sempat terbang mengepakkan sayapnya.

2 komentar:

RodaTiga mengatakan...

betoooellll, Apache emank ibarat Pendekar Sakti yg ga mau turun gunung...... mungkin dananya abis buat diriin pabrik doank kalee ya?

Fitra Sakti mengatakan...

Emang ekspansi pasarnya adem ayem banget... sepertinya konsentrasi ke pabrik dolo ney...

Tapi prospek apache kayaknya OK juga... apalagi sekarang dah ada pengembangannya Apache 160 RTR FI, gw lihat dah ada shroud di tankinya... Kereen dah...!