27 Januari, 2009

TVS Apache - gak ada prospek ???? Marketing mandul ???


Bila diamati sejak saya mengenal TVS Apache RTR 160 bulan Oktober 2008 di Manado, ternyata untuk kurun waktu segitu hanya ada 15 pemakai, artinya bisa ditebak bahwa tidak ada upaya dari TVS untuk mengenalkan produknya sehingga menjadi diminati masyarakat (di Manado khususnya).

Saya jadi gregetan dengan cara dan metode marketing TVS.

Kita bisa bandingkan bagaimana reaksi Honda ketika pasar Tiger diganggu oleh masuknya kompetitor potensial seperti Yamaha yang mengenalkan Vixion, Bajaj Pulsar dan TVS. Honda sempat terlena dengan arogansinya menguasai pasar motor ber cc diatas 150 cc selama bertahun2. Namun setelah masuknya Pulsar hingga terbentuk Pulsarian, juga dengan teknologi fuel injection Yamaha Vixion, si arogan tadi segera tersadar bahwa pasarnya telah terganggu dan segera memperbaiki posisinya (re-positioning) dengan menerbitkan berbagai varian motor injection (CS1 dan Beat) serta merubah tampilan Tiger menjadi berbeda. langkah itu segera diikuti dengan menggenjot iklan secara bertubi-tubi terutama untuk hilangnya pasar kelas bebek melawan Yamaha dengan Revo, matik Vario yang keok melawan Mio dengan terbitkan Beat dan Tiger yang ganti topeng dengan lampu a-simetris meski teknologi mesin tetap aja jadul.

Ada banyak contoh bagaimana peran marketing mempengaruhi penjualan. Perusahaan rokok merupakan contoh terbaik dalam penetrasi pasar dimana untuk pengenalan produknya digunakan iklan yang gencar, promosi bertubi2 termasuk dengan SPG cantiknya, demikian pula untuk operator telepon selular. di Manado ada 2 operator pendatang baru, keduanya CDMA dengan merk dagang Fren dan Esia. dengan banyak iklan dalam berbagai media ternyata mereka juga berhasil menjual produk dalam waktu cepat sehingga mampu menggembosi Flexi yang telah eksis 4 tahun.

Mungkin sang marketer TVS akan berkilah, itu kan barang kecil dan harganya murah !!!
Bukan itu jawabnya, karena meski kecil dan murah kalau tidak disosialisasikan (bahasa bisnisnya diiklankan dan dipromosikan) tentu tidak dikenal.

Saya amati bagaimana Pulsar dipasarkan, mereka gunakan SPG cantik masuk ke kantor2 sambil membawa brosur, merayu prospek (calon pembeli) untuk test drive, menilpon kembali prospek yang belum berminat hingga berulang2. Pulsar selain mempunyai show room dengan lokasi strategis, sering melakukan pameran di mal, juga melakukan pendekatan ke berbagai instansi. Hasilnya adalah dalam kurun 1 tahun telah terjual lebih dari 400 unit.

Bandingkan apa yang dilakukan TVS, pameran di mal namun lokasi tidak strategis malah tertutup oleh motor merk lain, dijaga oleh teknisi (cowok) yang wajahnya tidak menarik, tidak ada tenaga marketing yang melakukan door to door. Tenaga sales yang di show room tidak bisa jelaskan fitur motor.

Karena tidak dikenal maka Apache banyak kehilangan peluang (oportunity lost) padahal harganya hanya selisih 1,5 juta dari Suzuki Thunder 125.

Terus terang banyak pemakai Thunder kecewa mereka tidak kenal TVS Apache RTR 160 lebih dulu karena untuk motor dengan fitur yang cukup canggih harganya hanya selisih sedikit dengan Thunder yang terlanjur dibelinya.

Ada kesan TVS tidak punya visi dan misi dalam berbisnis, memang benar juga bila ada sebagian rekan yang khawatir masa depan TVS. Karena kalau prospek industri otomotif saya yakin masih bagus, masalahnya adalah bagaimana TVS Indonesia mampu menguasai pasar dan bertahan dalam persaingan, lha wong mau masuk pasar aja gak punya kemampuan penetrasi apalagi mau bersaing dengan yang eksis. Emangnya ada berapa banyak orang yang akan mencari TVS ???? kalau tidak dikenalkan dulu macam apa produknya.

Saat ini para ATPM yang sudah eksis saja jungkir balik beriklan, berpromosi, menyelenggaran berbagai kegiatan untuk mempertahankan pasarnya dan berusaha memperluas pangsa, Lha TVS malah adem ayem aja, apakah sudah begitu mindernya, atau unit marketingnya yang impoten ?

20 Januari, 2009

Tips Memilih Komputer / PC

Meskipun teknologi komputer PC telah ada di Indonesia lebih dari  20 tahun yang lalu, ternyata masih sangat banyak orang yang terjangkit penyakit Gaptek (gagap teknologi). 
Saya bisa menduga bahwa Anda pasti menebak kalau yang gaptek itu orang-orang tua berusia 35 tahun keatas, iya khan ..... ?
Ternyata salah besar !!!!
Banyak anak-anak muda berusia 20 tahunan (20 s/d 29 tahun) ternyata juga gaptek, dan anak-anak usia sekolah dari SD hingga SMA ternyata sebagian besar juga gaptek.

Sekarang akan saya perjelas tentang kriteria gaptek itu yang seperti apa ?
- GAPTEK PARAH adalah orang-orang yang benar-benar tidak kenal komputer, banyak diikuti oleh orang-orang yang dalam kegiatan kesehariannya memang tidak pernah menyentuh komputer dan memang tidak berminat dengan peralatan komputer.
- GAPTEK SEDANG diderita oleh orang-orang yang telah mengenal dan memakai komputer secara terbatas, misalnya hanya untuk mengetik surat, akses e-mail, chating, game online dan browsing.Kalau ada masalah kecil saja sudah kebingungan misalnya mau cetak ke printer, trus gak segera cetak seperti kertasnya gak keluar, dia tidak tahu bagaimana solusinya. Tipe beginian juga masih mendominasi.
- GAPTEK RINGAN terlihat dari keterbatasan pemanfaatan komputer, misalnya hanya menjalankan Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint), e-mail, chating, browsing, putar MP3 dan video, tahu cara menghidupkan komputer (maksudnya memasang kabel-kabel power, kabel monitor,kabel printer, mengatasi masalah printer dan monitor). Masuk dalam kriteria disini adalah tidak tahu pasti apa manfaat dan pengaruh kinerja storage, memory, prosesor, tidak memanfaatkan berbagai software seperti foto editor, utility, aksesori.

Nah, sekarang bagi pembaca yang masih masuk kriteria Gaptekwan dan Gaptekwati tapi ingin membeli komputer baik untuk yang pertama kali maupun untuk yang ke sekian kali, perlu saya bantu dengan beberapa tips berikut ini.

Tip no. 1 = Apa kebutuhan Anda
Apabila Anda hanya memerlukan komputer untuk ketik-mengetik, email, chating, putar lagu MP3 dan video maka cukup gunakan prosesor Celeron atau Atom dengan RAM (memori) 128 MB, hard disk 40GB, biaya investasi paling ringan sekitar Rp 2juta hingga 2,7 juta.

Untuk anda yang membutuhkan komputer dalam edit foto dan video, pengolahan data jumlah besar, ada aplikasi aritmatika dan permainan game bisa gunakan Pentium 4 hingga Core 2 duo dengan RAM 1 s/d 2 GB dan hardisk 80 GB. biaya investasi mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 3,5 juta.

Adapun untuk penggunaan aplikasi 3D baik seperti Autocad, Game 3D serta aplikasi yang memerlukan render dan proses aritmatika rumit bisa gunakan prosesor Core 2 Quad dengan RAM   4 s/d 16GB, hard disk 160GB dengan investasi mulai Rp 5 juta hingga 45 juta.

Bila memerlukan akses grafis 3D maupun render kecepatan tinggi lebih nyaman pakai prosesor AMD daripada Intel. 

Tip no. 2 = Dimana kegiatan Anda
Bila penggunaan komputer menetap  (tidak berpindah-pindah) lebih cocok dan enakan pilih yang desktop, selain lebih nyaman, biaya investasi lebih ringan. Desktop lebih flexible untuk dilakukan ekspansi, mudah dimodifikasi, perawatan mudah dan murah. Penggunaan laptop, notebook maupun netbook untuk kondisi ini tidak cocok karena selain keterbatasan akses, biaya investasi mahal, perawatannya juga tinggi karena harga hardisk, memori dan baterai lebih mahal dibanding komponen desktop.

Untuk anda yang mobilitas tinggi, memerlukan komputer setiap saat tentu perlu komputer yang portabel. Bila data yang diolah banyak dan rumit silakan pilih laptop yang mempunyai layar lebar, untuk penggunaan yang simpel tapi banyak info yang diakses bisa pakai notebook, sedangkan untuk mobilitas yang sangat tinggi tapi tetap selalu butuh akses komputer yang sederhana seperti untuk ketik-mengetik, internet, presentasi bisa gunakan netbook. 

Kelebihan netbook adalah bentuknya kecil, ringkas, baterai tahan lama hingga lebih 6 jam.

Bila ingin yang lebih praktis lagi silakan pilih PDA atau mobile PC atau lebih dikenal dengan komputer genggam karena selain berfungsi sebagai komputer juga bisa untuk telpon dan SMS selain internet online sepanjang jalan

mungkin ini dulu ya.... nanti disambung lagi.

Tip no. 3 = Berapa anggaran Anda
Untuk anggaran yang terbatas, bila memungkinkan gunakan desktop saja, bisa pilih produk yang standar saja, misalnya tidak usah pakai DVD Writer, monitor CRT, printer deskjet standar.  

Bila anggaran bukan masalah, silakan perhatikan tip 1 dan tip 2. Meskipun anda mampu membayar berapapun harganya, anda tetap akan rugi besar bila membeli alat yang mempunyai spec tertinggi tapi tingkat utilitas sangat rendah, kenapa ?? Karena teknologi komputer sangat pesat berkembang sehingga alat yang anda miliki cepat usang. bisa saja komputer dengan spec tercanggih dibeli seharga Rp 30 juta, 2 tahun lagi sudah ketinggalan jaman dan harganya turun menjadi Rp 8 juta saja. 

Tip no. 4 = Siapa Anda
Bila anda pegawai (bisa manajer, guru, staf), pelajar dan mahasiswa yang ditempat kerja atau sekolah sudah ada PC maka akan lebih bagus kalau pilih desktop. Tapi kalau kebutuhan akses komputer tinggi bisa pilih notebook maupun netbook.

Untuk tenaga marketing, sekretaris, teknisi lapangan memerlukan notebook maupun netbook untuk presentasi, rapat, organizer.

Laptop bisa dipilih bila akses di lapangan kurang banyak, mengingat bentuknya yang besar, beratnya lumayan dan baterai hanya bertahan 2 jam saja sehingga penggunaannya menjadi kurang praktis karena harus mancari colokan listrik untuk pemakaian diatas 2 jam.

Bagi yang mempunyai mobilitas tinggi tapi juga butuh akses data cepat maka pilihannya adalah gunakan PDA saja misalnya untuk manajer yang setiap saat harus ambil keputusan, sedangkan posisinya lebih banyak diluar kantor.