28 September, 2009

Touring Lebaran 1483 Km - Prolink-Jogja

Touring 1.483 km dengan TVS Apache dari Pantura Jatim ke Yogyakarta dan Pantan Jateng PP

Untuk menguji keperkasaan si Kuda India TVS Apache RTR 160 yang punya pamor tak terbantahkan dalam akselerasi yang memang galak seperti kuda India yang kuat, berotot, dan lari kencang, saya sengaja melakukan touring dari Probolinggo ke Yogyakarta pada saat cuti lebaran ini.

Tidak banyak perubahan dalam touring ini, saya hanya mengganti ban orisinal yg terkenal licin dengan sedikit penyesuaian ukuran agar selain tampak lebih gagah juga lebih terjamin keselamatan dari musibah selip/ tergelincir.

Ban depan saya ganti dengan Mizzle ukuran 100/80/17 dan ban belkang dengan Swallow Worm ukuran 120/80/18. dalam pengendalian penggunaan ban tersebut cukup nyaman, manuver menikung dan zizag diantara deretan mobil2 dapat dilakukan dengan enak. Kasus pengereman mendadak terjadi beberapa kali dengan hasil dapat berhenti seketika pada kecepatan 80 kmpj dalam jarak pendek tanpa ada gejala selip, oleng, maupun suara ban berdecit, sedangkan beberapa motor disamping saya yang masih menggunakan ban standar (Vixion, Mio, dan 2 Honda bebek) ributnya bukan main dengan suara ban mencicit dan beberapa diantaranya sudah saling sundul.

Mesin tidak ada perubahan sama sekali dan hanya penggunaan oli Castrol Magnetec saja agar mesin lebih terlindungi karena akan digeber pada putaran tinggi sekitar 8.000 sampai 10.000 rpm. Perlengkapan tambahan hanya berupa lampu spot halogen 2 X 55 watt dan lampu LED flip-flop merah-biru sebagai varisi saja.

Untuk memudahkan membawa pakaian dan beberapa barang saya gunakan Givi Box E-45. pada awal penggunaannya saya sempat keluhkan tutup yang bisa terbuka sendiri kalau terkena guncangan keras, namun telah dapat diatasi dengan memasang jala elastis dibagian dalam, maksudnya agar barang yang didalam tidak bergerak-gerak krn terkocok-kocok pada saat terkena guncangan yang bisa mempengaruhi bentuk box yang memang dibuat dari polyurethan yg elastis dan menyundul tutup sehingga bisa terbuka sendiri.

Perjalanan berangkat pada pagi hari pukul 06.00 WIB, cukup nyaman karena selain jalan belum terlalu ramai, dalam beberapa kesempatan kecepatan 110 kmpj bisa dilakukan cukup mudah. masalah baru terasa pada waktu menikung dengan kemiringan 45 derajat, body terasa limbung, mungkin karena beban sekitar 45 kg di box dan 2 tas disisi samping.
Akhirnya demi keamanan maka setiap menikung harus mengurangi kecepatan hingga 60 kmpj saja.

Keperkasaan si Kuda India ini semakin tampak setelah di jalan bertemu sekitar 8 orang yang dengan setia mengajak adu cepat sepanjang perjalanan (sekitar 300 km), tampaknya terwakili dari beberapa jenis seperti Tiger 2000, Vixion, Mio, Mega Pro, Honda bebek Injection (lupa namanya???) dll. dalam hal akselerasi sudah pasti terbukti nyata bahwa setiap start lampu hijau pasti paling depan, yang lain semakin ketinggalan, bahkan ketika saya terpaksa pada posisi dibelakang karena terhalang motor yg lebih dulu berhenti karena lampu merah, saya masih bisa mendahului mereka pada jarak kurang adari 100 meter dari lampu start (hijau).

Suspensi sangat mantap, selain empuk, tidak ada gejala mengayun. polisi tidur kecil disetiap persilangan kereta api dilibas tanpa ada gejala kejut, benar-benar flat dan empuk. Demikian juga pada saat dilakukan pengereman, body turun bersama depan dan belakang, tidak ada gejala menungging maupun oleng.

Sesampainya di Jogja saya kunjungi dealer TVS di Jl mentri Supeno, saya konsultasikan pengalaman di perjalanan dengan kacab dan mekanik Anton. Keluhan limbung waktu menikung disiasati dengan menurunkan setelan shock absorber ke medium dan mengganti anting dengan yang lebih pendek. Ternyata hasilnya positif, ketika saya bawa ke jalur selatan menuju Kebumen dan Gombong, gejala limbung waktu miring di tikungan sudah hilang.

Kemudian keluhan top speed yang cenderung mentok di 110 kmpj sedang untuk lebihnya perlu waktu tambahan (akselerasi dah habis) diatasi dengan mengganti gir depan dengan tambahan 1 gigi (jadi 14 atau 15 ???) dan memperbesar main jet serta menggerinda pilot jet untuk mengimbangi perubahan beban akibat pembesaran perbandingan gigi gir depan.

Ternyata perubahan tersebut tidak memberikan hasil yang optimal, karena ketika saya bawa ke Kebumen akselerasinya justru nggembos, pada putaran 7000 rpm justru mesin mbrebet/ tersendat sebagai gejala tercekik kurang udara, hasilnyapun cuma bisa lari cukup sampai 90 kmph aja. setelah lebaran saya balik ke Jogja tapi bengkel tutup.

Akhirnya saya bongkar sendiri filter udara dan ganti dengan free flow TDR, setelan angin saya buka 1 putaran saja. Wah..... mengejutkan sekali, sentakan gas sangat spontan, bahkan setiap perubahan gigi dan ketika gas disentak, roda depan sampai terangkat, ini terjadi pada perubahan ke gigi 2 (25 kmph) dan 3 (40 kmph), sedangkan gigi 4 akselerasinya terasa galak sampai kecepatan 90 kmph, sehingga masuk gigi 5 tinggal menikmati kecepatan 100-120 kmph pada rpm 7000-8000 (saya tidak mencoba kecepatan diatasnya krn situasi dan kondisi medan tidak mendukung).

Penggantian main jet dan filter free flow ternyata membawa pengaruh pada suara knalpot secara signifikan, semula suara nge-bass dan halus, setelah mengganti 2 komponen tadi suara knalpot jadi sedikit kasar pada waktu akselerasi, agak sember dan mirip knalpot yang sudah di bobok, tapi gak apa-apa sich, malah tampak bertenaga dan jadi sedikit sangar gitu loh....

Dalam touring ini saya tidak ngotot harus selalu tercepat, safety driving tetap saya jaga. Tidak perlu memaksakan diri mendahului dari sebelah kiri (bahkan lawan2 saya sampai turun dari badan jalan hanya untuk mencari posisi didepan, konyol banget ya....), melaju kencang apabila memang aman dan terkendali, dan beristirahat setiap dirasa ada gejala pegal dan haus. Jangan lupa asuransi perjalanan sebagai backup apabila terjadi sesuatu.

Demikian catatan singkat perjalanan lebaran sejauh 1.483 km selama touring lebaran dari Prolink, Jogja dan sekitarnya serta kembali lagi ke Prolink.

Prazt. DB 9900 LZ - Member of TVS Motor Community Yogyakarta - ID: AB-018

08 September, 2009

Waktu

07 September, 2009

4 golongan Laki-laki yang ditarik wanita ke NERAKA

Betapa hebatnya daya pikat dan tarikan wanita, bukan saja di dunia. Namun di akhirat pun demikian, maka kaum lelaki yang bergelar ayah, suami, abang, atau anak harus memainkan peranan mereka dengan sungguh-sungguh. Seorang wanita itu apabila di yaumil alkhirat nanti akan menarik empat golongan lelaki bersamanya ke dalam neraka. Tulisan ini bukan untuk merendahkan wanita, tetapi sebaliknya supaya kaum lelaki memainkan peranannya sesuai hak dan seksama, serta berwaspada akan tanggung jawab yang dipikul di dunia!


Ayahnya
Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak memperdulikan anak-anak perempuannya di dunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar sholat, mengaji, dan sebagainya. Dia membiarkan anak-anak perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup hanya memberi kemewahan dunia saja maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.


Suaminya
Apabila sang suami tidak memperdulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul bebas di luar rumah,menghias diri bukan untuk suami tapi untuk pandangan kaum lelaki yang bukan muhrim. Apabila suami berdiam diri walaupun dia seorang alim, misalkan sholat tidak lalai, puasa tidak tinggal, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya kelak.


Abangnya
Apabila ayahnya sudah tiada, tanggung jawab menjaga wanita jatuh ke pundak abang-abangnya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya saja, sementara adik perempuannya dibiarkan melenceng dari ajaran Islam, tunggulah tarikan sang adik wanita di akhirat nanti.


Anak lelakinya
Apabila seorang anak tidak menasihati ibu perihal tindak-tanduk yang menyimpang dari Islam. Bila ibu membuat kemungkaran pengumpat, bergunjing, dan lain sebagainya maka anak lelaki itu akan ikut di tanya serta diminta pertangungjawabannya di akhirat kelak.

dikutip dari tulisan : Caesar Ahmad

07 Juni, 2009

Open Source Industri Otomotif Nasional

Jangan berbangga dulu kalau di Indonesia banyak pabrik perakitan mobil, itu semua punya Jepang dan Eropa. Tidak ada kebanggaan dan keuntungan sama sekali kecuali terserapnya tenaga kerja. Kita sebenarnya lebih tepat sebagai pasar dari produk tersebut, yang untung adalah pabrikan dan ATPMnya.

Kita masih ingat betapa ributnya mafia ATPM ketika pemerintah membuka kran masuknya mobil Korea dengan harga sangat murah (Timor), tentu saja selain pangsa pasar berkurang, yang jelas laba yang sangat besar akan berkurang. Memang orang yang rakus tidak pernah mau berbagi, siapapun itu.

Upaya pemerintah yang ingin mendapatkan sarana transportasi murah tidak pernah terealisir, hanya sekedar himbauan saja kepada para ATPM dan mereka hanya sekedar janji-janji aja.

Alternatif yang cukup melegakan adalah masuknya motor-motor cina yang dijual lebih murah dari pemain lama, motor jepang. hanya sayangnya, kualitas tidak terjaga, jaminan purna jual kacau, namun itu tidak untuk semua merk, karena ada beberapa merk yang saat ini eksis dan angka penjualannyapun cukup tinggi.
Kompetisi pasar motor bertambah ramai setelah pabrikan India membuka jalur ke Indonesia seperti Bajaj dan TVS, alternatif baru untuk mendapatkan barang berkualitas sama dengan harga lebih murah.

Bagaimana bila kita membangun industri otomotif sendiri, sulitkah ?

Jawabnya bisa bermacam-macam, apabila diambil contoh atas karya Widya Aryadi seorang dosen Universitas Negeri Semarang yang telah berhasil membuat mobil kecil yang diklaimnya sebagai Urban Personal Vehicle dengan mesin Viar 150 cc (biasa dipakai motor gerobag roda 3), dari disain yang dihasilkan dan harga sekitar 30 juta akan tampak lebih mahal bila dibandingkan dengan Tata Nano yang bermesin 624 cc dengan harga 24 juta saja.

Dari perbandingan diatas tampak bahwa sulit untuk menandingi pabrik besar yang mempunyai mesin lengkap dengan puluhan insinyur bila hanya dilawan dengan skala kecil. 

Lantas bagaimana bisa kita menandinginya, pertanyaan berikutnya adalah kemana ribuan insinyur teknik mesin dan insinyur disain, mana hasil karya mereka ? hanya sekedar cari ijazah sajakah ? tapi ilmunya tidak aplikabel ?

Sebenarnya ada solusi yang bisa kita adopsi dari industri di Cina atau bisa juga sistem pengembangan software yang dianut Linux, OPEN SOURCE ! (sekarang juga diikuti Microsoft)

Kalau Departemen Perindustrian tidak mampu untuk mewadahinya, ya kita buat saja secara independen, bisa juga dimulai dari dunia maya.

Dalam sistem open source ini yang penting dibuat standar produk dulu dan ditentukan lisensinya, bgaimana disain body, chasis, sistem suspensi, transmisi, pemilihan mesin dan yang terakhir pengawasan dan pengujian kualitas produk untuk mendapatkan sertifikat layak jalan.

Standarisasi yang bagus bisa mengikuti disain motherboard PC, apa itu PCI, apa itu SATA, apa itu USB dll. Kalau ini diterapkan dalam disain mobil nasional maka gak akan ribet dengan masalah suku cadang.

Jadi, akan diperoleh biaya yang minimal karena masing-masing komponen standar sudah ada dipasaran, komponen khusus dibuat oleh unit-unit kecil, komponen yang memerlukan presisi tinggi tidak harus dibuat sendiri, ambil saja dari produk lain, misalnya master rem dari merk mitsubishi (T 120) yang kompatibel juga dengan suzuki carry. tromol rem bisa dibuat di sentra industri logam Tegal dan Ceper, mesin tinggal pilih merk apa saja tidak perlu membuat sendiri karena terlalu rumit.

Sistem open source akan memberikan kehidupan bagi ribuan tenaga teknik yang tersebar diseluruh wilayah indonesia, perancangan body menjadi lebih variatif, modifikasi mesin akan dibuat sesuai kebutuhan, keselamatan dan keamanan semakin baik dibandingkan sepeda motor. Yang jelas menekan biaya ...!

Sebagai contoh dalam kehidupan nyata, teknisi kita sebenarnya sangat pandai dan cerdas, mereka bisa menyulap rongsokan mobil menjadi alat transpor yang kuat hanya dengan menggunakan mesin disel Kubota atau Yanmar, bahkan bisa multi fungsi sebagai mesin giling gabah yang mobile (maksudnya bisa pindah-pindah gitu lo...) di Sokka Kebumen dimodifikasi sebagai penggiling tanah untuk bahan genteng keramik, trus... yang ngetrend sekarang adalah motor gerobag roda 3 (semuanya produk Cina) sudah dimodifikasi menjadi angkutan pedesaan dengan kapasitas 10 orang, kalau rancang bangunnya bagus bisa menggantikan bajaj tapi dengan 2 baris tempat duduk untuk 6 penumpang.

Saya sendiri (bukan insinyur lho..) pada tahun 1995 sudah bikin moge roda 3 dengan mesin VW 1600 cc yang saya buat sendiri (tanpa bantuan org lain) selama 3 bulan di garasi rumah di komplek GAP, Kwarasan, Jogja.

Kesimpulannya : membuat mobil murah itu tidak susah dan tidak perlu biaya mahal, bahkan bisa saja dibuat seperti MLM, misalnya membuat body dpt share 30%, chasis 30% dan seterusnya......

Kembangkan Industri Kecil, Kembangkan Industri Nasional, Buka Lapangan Kerja Baru ! Salurkan kredit murah untuk kemajuan bangsa....

Mari kita mulai OPEN SOURCE industri otomotif !!!! Semangat bung !!!

Prazt

20 Mei, 2009

Pindah-pindah tugas, enak...?

Sudah jadi ketentuan kontrak waktu masuk kerja, menandatangani surat pernyataan bersedia ditempatkan dimana saja. Pertanyaannya adalah enak gak sih pindah-pindah tempat ?

Sebetulnya gak ada masalah dipindah kemana saja, asal tidak terlalu lama dan fasilitasnya mencukupi sehingga bisa nyaman bekerja, nyaman hidup, nyaman bersosialisasi dan nyaman jiwa dan raga.

Masalah baru timbul bila kondisi diatas menjadi tidak seimbang lagi, bisa dari penempatan pada unit yang tidak sesuai dengan skill, kemampuan dan pengalaman. Adanya masalah dengan suasana kerja yang tidak kondusif, hal ini saya alami di salah satu unit kerja dimana ada oknum yang suka cari muka, suka menghasut serta berbagai perilaku negatif lainnya. Lebih celaka lagi atasan ternyata sangat cocok dengan si penghasut ini, jadilah unit kerja "Neraka" karena situasi ini. Untunglah gak terlalu lama disitu karena bisa segera keluar dari sana. 

Berpindah ketempat yang jauh juga gak masalah, saya sangat menikmati ditugaskan di Manado, suatu tempat yang saya gak pernah bayangin bisa nyampe ke sana, jauh...... pasti mahal kalau jalan sendiri kesana. tapi dengan fasilitas dinas bisa sampai juga kesana. malah bisa jalan-jalan ke kepulauan Maluku dan Halmahera. Bisa mengenal makanan khas yang sebelumnya gak pernah  ketemu.

Sedihnya, karena terlalu jauh dan terlalu lama, keluargaku tercerai berai. selama 5 tahun baru sekali bisa pulang lebaran. Ada 3 anak sekolah di Jawa (Jakarta dan Jogja) kami baru bisa ketemuan fisik dan berpelukan 2 tahun sekali. Meskipun hampir setiap hari bisa sms dan telpon dengan konsekuensi biaya pulsa bengkak. Konsekuensi dan dampak buruknya adalah aset yang susah payah dikumpulkan 15 tahun telah susut tinggal separonya. Kemana ...?  ya buat nombokin biaya hidup untuk 3 dapur (Jakarta, Jogja, Manado) apalagi di Manado biaya hidup tinggi sekali (meski ada tunjangan kemahalan tapi cuman tahun terakhir aja dapetnya, sebelumnya gak ada dan itupun hanya suport separonya aja, tpi lumayan drpd gak ada).

Resiko lain dari pindahan adalah repotnya ngepak barang-barang, urusan dengan EMKL yng gak profesional, bahkan saya hampir saja dikerjain sama EMKL dari lokal Manado yang berusaha mengeruk keuntungan dari situasi moving ini. rusaknya barang-barang dan urusan pindah sekolah juga suatu hal yang sangat menjengkelkan, kecewa, yang pasti tekor dn efek negatif ke anak yang harus menyesuakan lagi dengan suasana baru. belum masalah rumah dinas baru yang selalu gak siap huni sehingga diperlukan kerja keras untuk bisa nyaman dihuni. Kasus yang selalu ada adalah kran air yang bocor dan kualitas air yang kotor dan keruh, saluran listrik tanpa ground/arde yang bisa merusak alat elektronik dan membahayakan karena semua alat listrik jadi nyetrum, bantal yang sdh rusak, genting bocor, kunci pintu rusak dll. Untuk itu semua ternyata selain memeras tenaga juga dana jutaan rupiah.

Kapan lagi mau dipindah ?  wallahu alam. aku sich siap-siap aja, meski dgn resiko hanya berputar-putar gak dpt kesempatan yg lebih baik dan resiko kehilangan aset lagi.... jual lagi aset yg lain.... hutang lagi.... buat nombokin biaya pindah, nombok lagi....nombok lagi.... (sebuah pengorbanan untuk suatu pengabdian).
masalah rejeki Itu terserah Yang Kuasa karena rejeki beliau yg mengatur. Garis tangan memang berbeda-beda.......

Nah begitulah sedikit catatan tentang pindah-pindah tempat.

05 Maret, 2009

TVS Customer Responsibility


Setelah berdebat panjang membahas kolping bermasalah di tvs-arci@yahoogroups.com dimana saya mengeluhkan kopling yng setiap pindah gigi kretag-kreteg serta kasus los power karena waktu dioper dari gigi 2 ke gigi 3 malah netral sehingga mesin meraug sekeras-kerasnya, akhirnya ada juga respon dari manajemen TVS.

Sabtu lalu (28-2-2009) ketika saya sedang tugas ke pulau Ternate di Maluku Utara, saya mendapat tilpon dari agen TVS Manado, namanya Vanda cewenya cantik khas Manado (tahu sendiri dech...10 cewek yg 3 cantik-cantik yg lainnya cantik sekaleee...) dia bilang agar motornya segera dibawa ke bengkel karena akan diperiksa gearbox dan koplingnya. Dia crita kalo barusan dpt fax dari direktur yg isinya cetakan diskusi di milis. 

Dari respon yg cukup cepat ini saya cukup senang dan saya sampaikan salut atas perhatian yg baik dan segera merespon atas masalah-masalah dari diskusi dan keluhan pengguna TVS Apache.

Coba, agen mana lagi yang cukup care dengan situasi ini ?
apa baru Manado yang bisa melakukannya ?

sikap ini kalau dijadikan corporate culture TVS pasti akan menjadikan TVS tidak hanya mampu menyediakan motor yg baik tapi juga pelayanan yang terbaik.

Ayo..... TVS.... kami dukung anda, meski dengan cara saya sendiri, jangan alergi kritik. Karena kalau sampai terlalu banyak pelanggan kecewa akan timbul black campaign, itu berbahaya untuk masa depan TVS. Respon yang cepat untuk setiap keluhan akan memberikan nilai positif atas kualitas pelayanan, karena pelayanan purna jual akan memberikan jaminan keamanan pemakai dan itu akan menyebar dari mulut ke mulut dengan sangat cepatnya.